Usut Penembakan Pesawat MH17, PM Abbott Akan Cecar Presiden Putin




Sydney - Penyelidikan terhadap kecelakaan pesawat Malaysia Airlines nomor penerbangan MH17 yang diduga ditembak rudal dari darat terus dilakukan. Tim multinasional, terutama dari Belanda dan Australia, terus menginvestigasi penembakan yang diduga dilakukan kelompok separatis Ukraina pro-Rusia.

Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott mengatakan dirinya berencana berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menanyakan secara detail apakah benar pihak Rusia terlibat penembakan kapal terbang negeri jiran.

"Aku akan temui dan lakukan berbicara langsung dengan tegas kepada Putin, saya janji," ujar Abbott, seperti dimuat ABC, Senin (13/10/2014).

Dia menjelaskan pertemuan itu akan dilakukan saat pertemuan ekonomi G20 di Brisbane, Australia pada November 2014 mendatang.

"Aku akan katakan kepada Putih bahwa orang Australia tewas karena ulah pemberontak yang pro-Rusia dan dipersenjatai Rusia," imbuh Abbott.

Dalam beberapa kesempatan, Putin sebelumnya membantah bahwa pihaknya terlibat penembakan terhadap pesawat yang mengangkut 298 orang tersebut. Namun Abbott mengaku akan tetap mencecarnya.

Pemimpin oposisi Australia Bill Shorten menilai kehadiran Putin di Australia pada pertemuan G20 telah "menampar" muka Negeri Kanguru. Namun Abbott menegaskan pihak tak akan melarang Putin datang ke negaranya.

"Saya akan minta jaminan kepada Putin soal keadilan (terkait penembakan MH17)," tandas Abbott.

Pesawat MH17 diduga kuat ditembak rudal dari darat saat melintasi wilayah udara Ukraina, tepatnya di Torez, Donetsk Oblast yang berbatasan dengan Rusia, pada 17 Juli 2014 lalu. Sebanyak 298 orang yang berada di dalamnya, tewas.

Hasil laporan investigasi sebelumnya menyatakan bahwa objek dari luar pesawat menghantam bagian kokpit dan depan pesawat. Hal ini berdasarkan lubang besar yang ditemukan pada bagian depan puing pesawat.

Sejauh ini, tim forensik berhasil mengevakuasi 228 jasad dari 298 penumpang Malaysia Airlines MH17. Ratusan jasad itu ditemukan tak utuh dan tak sempurnya. Sisanya belum bisa dievakuasi lantaran konflik di Ukraina yang masih berkecamuk antara pemerintah dan kelompok separatis setempat.

No comments:

Post a Comment